Pada tulisan kali ini aku akan berbagi sedikit pengalaman tentang jalan-jalan pada masa transisi new normal akibat adanya pandemi covid-19.
Sebelumnya aku ingin mengimbau agar kita dapat mematuhi protokol kesehatan dimanapun kita berada. Ingat juga untuk sering cuci tangan, jaga jarak aman, dan tentu saja sebisa mungkin tidak membuat kerumunan. Selain itu selalu jaga kesehatan dengan rajin berolahraga, minum vitamin, makan makanan yang bergizi seimbang serta jaga kesehatan mental. Kesehatan mental juga sangat penting karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, “Mens sana in corpore sano”.
Jadi ceritanya, tanggal 15 s.d 17 Agustus 2020 lalu aku bersama dengan sister dan 2 (dua) teman aku lainnya jalan-jalan ke Bandung. Acara jalan-jalan ini tidak serta-merta terjadi karena keegoisan ingin liburan semata, melainkan dengan berbagai macam pertimbangan dan juga kami sadar bahwa kami sedang membutuhkan asupan gizi untuk psikis kami. Selain itu kami juga mau mencoba dan belajar untuk menjalani aktivitas kebiasaan baru dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pada era new normal covid-19. Kebetulan moment-nya tepat saat ada cuti bersama dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke-75. Merdeka!
Kami sengaja memilih lokasi yang kemungkinan tidak terlalu banyak dikunjungi oleh banyak orang. Sehingga tempat yang kami pilih kebanyakan adalah benar-benar wisata alam yang tidak memiliki spot foto yang istilahnya instagram-able. Langkah awal yang kami lakukan sebelum memulai liburan adalah menentukan lokasi tujuan serta membuat rencana anggaran biaya (RAB). Adapun lokasi wisata yang kami pilih adalah Tahura Ir. Juanda, Curug Cimahi, Glamping Lakeside Rancabali Ciwidey (Danau Situ Patenggang), Kawah Putih, Tangkuban Perahu dan Orchid Forest Cikole Lembang.
Beberapa hari sebelum keberangkatan, aku melakukan swab test – PCR di RSUD Cempaka Putih yang beralamat di Jl. Rawasari Sel. No.1, RT.16/RW.2, Cemp. Putih Tim., Kec. Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10510.
KEBERANGKATAN
Kami berangkat ke Bandung pada tanggal 15 Agustus 2020, pukul 08.30, dengan menggunakan Daytrans (bus) rute Atrium (Senen) – Bandung (Dipatiukur).
Bus tersebut memiliki kapasitas 47 kursi, dan saat itu hanya terisi kurang-lebih 15 orang. Mengingat adanya keharusan jaga jarak, sehingga di dalam bus duduknya hanya boleh satu-satu secara silang dan wajib memakai masker.
Perjalanan berlangsung lancar dan kami sampai tujuan pukul 12.30 tepat. Sesampainya disana kami menunggu jemputan dari https://frestour.com/ dan telah kami booking sebelumnya. Kami sewa mobil selama 3 (tiga) hari. Mobil yang kami sewa saat itu adalah Toyota Avanza, dengan biaya Rp. 500.000/hari (termasuk sopir dan BBM). Harga normalnya adalah Rp. 550.000/hari.
KAWAH PUTIH
Tujuan pertama kami adalah Kawah Putih. Pertimbangannya adalah karena kami sudah merencanakan kunjungan disana hanya dilakukan dalam waktu yang sangat sebentar. Kenapa? karena kemungkinan disana banyak dikunjungi oleh wisatawan. Perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 2 (dua) jam saat itu.
Berikut ini adalah rincian pengeluaran kami saat mengunjungi kawah putih :
Jadi pada saat memasuki kawasan Kawah Putih, mobil diparkir di tempat parkir kemudian kami naik angkutan khusus untuk menuju ke kawah. Tiket terusan yang dimaksud pada kolom di atas adalah tiket untuk dapat naik ke jembatan yang ada di tengah kawah dan juga yang ada di atas bukit.
Nah, penampakan minimal Kawah Putih bisa dilihat pada video berikut ini. Videonya sangat singkat karena kami disana hanya sebentar dan kebetulan sempat terkena hujan. Pada video ini juga belum ada penampakan kawah dari atas bukit, karena sebelum sempat naik ke atas sudah turun hujan.
DANAU SITU PATENGGANG
Destinasi wisata kami yang kedua adalah Danau Situ Patenggang. Disini kami lebih fokus menikmati danau dengan naik perahu. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan, pengeluaran kami disini adalah sebagai berikut:
Secara pribadi kunjungan di Danau Situpatenggang ini berkesan banget buat aku. Suasananya tenang, sejuk, dan juga tidak banyak orang saat itu. Saking terlenanya sampai tidak terasa, terlalu cepat rasanya perahu memutari danau, pingin lagi, lagi dan lagi. Sebenarnya disana juga ada resto di atas kapal pinisi buatan, tetapi tutup pada pukul 19.00 WIB, jadinya setelah makan di pinggir danau pun kami tidak sempat naik kesana karena sudah tutup.
Berikut ini adalah cuplikan video suasana Danau Situ Patenggang sore itu.
CURUG CIMAHI
Pada hari kedua liburan, tepatnya tanggal 16 Agustus 2020, kami keluar hotel sejak pukul 06.30 WIB. Awalnya rencana kami adalah ke Tahura Ir. Djuanda yang mana letaknya hanya 1 (satu) km dari hotel tempat kami menginap. Akan tetapi Tahura Ir. Djuanda baru buka pukul 08.00 sehingga kami alihkan ke curug cimahi terlebih dahulu.
Perjalanan menuju Curug Cimahi sangat menyenangkan. Selain melalui jalan yang kanan kirinya kebun teh, kami juga disuguhi oleh berbagai macam rumah bunga. Benar-benar memanjakan mata.
Apalagi sesampainya disana kami disambut dengan penampakan air terjun yang sudah dapat dilihat setelah melewati pintu masuk. Akses ke air terjun berupa tangga, full tangga, dengan beberapa titik terdapat tempat istirahat.
Tangganya lumayan tinggi, entah berapa jumlah anak tangganya, yang pasti saat turun masih lancar tetapi saat naik rasanya ngos-ngosan. Rasanya olahraga sambil menikmati alam sekitar, sangat menyenangkan. Ini juga salah satu destinasi wisata favorit aku saat itu.
Adapun biaya yang kami keluarkan saat mengunjungi Curug Cimahi adalah sebagai berikut:
Videonya dapat dilihat disini:
TAHURA IR. DJUANDA
Perjalanan selanjutnya dimulai. Kami memang merasakan lelah dan pegal pada kaki setelah kunjungan ke Curug Cimahi, akan tetapi jangan lupakan kepuasan serta kebahagiaan yang terpancar di wajah kami. Akhirnya di dalam mobil kami memakan roti yang menjadi sarapan sekaligus sebagai bahan bakar perjalanan selanjutnya.
Tak lama kami sampai ke Tahura Ir. Djuanda yang di Maribaya. Rute perjalanan kami adalah Maribaya-Dago. Disana kami tentu saja tak langsung jalan. Kami bertandang dulu ke warung untuk makan gorengan dan juga pop mie. Nyatanya sekadar roti tak mampu mengganjal perut kami.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya Tahura Ir. Djuanda tidak diperkenankan untuk dimasuki oleh masyarakat yang berdomisili selain Bandung pada masa pandemi seperti ini. Jumlah pengunjungnya pun dibatasi dan pemesanan harus dilakukan secara online sehari sebelumnya. Pada hari biasa Tahura Ir. Djuanda dibuka mulai pukul 06.00 WIB, akan tetapi pada masa pandemi dibuka pada pukul 08.00.
Bagaimana cara kami bisa masuk kesana, padahal kami berempat berdomisili di luar Bandung?
Caranya adalah kami memanfaatkan jasa tour yang sedang kami sewa. Jadi malam sebelumnya dari pihak https://frestour.com/ yang submit booking kunjungan untuk kami, dengan menyerahkan salah satu KTP kami.
Jadi kan rute yang kami ambil adalah Maribaya-Dago. Sehingga mobil langsung menuju Dago setelah menurunkan kami di Maribaya. Sebelum pergi kami harus urus pembayaran tiket masuk dan parkir mobil dulu. Bukti parkir tersebut kami berikan ke supir agar bisa langsung masuk ke Tahura, Dago, tanpa membayar parkir lagi.
Ini adalah biaya tiket masuk dan parkir disana:
Ini adalah berbagai objek wisata yang ada di Tahura:
Banyak yang b isa dikunjungi di Tahura. Akan tetapi saat itu, karena keterbatasan waktu dan juga tenaga, akhirnya kami hanya fokus untuk menikmati jalan santai di tengah hutan sama ada masuk ke Goa Jepang dan Goa Belanda saja.
Berikut adalah video perjalanan kami mengunjungi Tahura Ir. Djuanda:
Perjalanannya sangat seru menurut aku. Memang sih kami hanya sekadar jalan santai sambil menikmati pemandangan hutan, tetapi terasa menyenangkan dan menyejukkan. Tidak terlalu banyak orang dan banyak dikelilingi pohon-pohon. Menurutku itu seperti jalan sehat yang menyenangkan.
Sesampainya di Tahura Dago kami menuju ke Cafe D’Pakar yang beralamat di Jalan Dago Pakar Utara, Sekejolang, Ciburial, Kec. Cimenyan, Bandung, Jawa Barat 40198. Lokasinya sangat dekat dengan Tahura Ir Djuanda Dago. Disana kami makan sekaligus istirahat. Cafenya sangat menyenangkan. Konsepnya ada di tepi tebing gitu, jadi berasa piknik. Setelah makan kita juga bisa selonjoran di bagian cafe yang dekat tebing. Sangat menyenangkan, semilir angin yang menerpa bikin kepingin sekalian tidur disana. Pas banget kan, lelah, kenyang, dan angin semilir. Sungguh perpaduan yang komplit.
Disana aku tidak sempat ambil foto, sempat bikin video dikit sih, tapi kurang bagus. Jadinya ini q lampirkan beberapa foto yang aku dapatkan dari google ya. Tapi aku yakinkan ke kalian, suasananya benar-benar bikin males foto, suasanya memancing untuk dinikmati sepuas-puasnya.
Sumber foto : https://www.urbandung.com
Sumber foto : https://www.traveloka.com
TANGKUBAN PERAHU
Destinasi pertama yang kami kunjungi pada hari ketiga, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2020, pada peringatan Hari Kemerdekaan RI yang ke 75 tahun adalah Tangkuban Perahu. Disini kami juga hanya sebentar. Alasannya karena ingin menghabiskan waktu lebih lama di destinasi terakhir, dan juga kebetulan sekali kawahnya pas kering.
Oiya, disini aku mau mengingatkan sedikit tentang sewa mobil. Pastikan selama sewa mobil di Bandung kita tidak melewati rute sampai ke luar kota, karena akan dikenakan charge sebesar Rp. 150.000. Awalnya aku kurang informasi, jadi untuk malam kedua pesan penginapan di daerah sariater, Subang, yang bisa mandi belerang juga di dalam kamar mandinya. Lokasinya dekat dengan Tangkuban Perahu, kurang lebih 7 sampai 8 km. Akan tetapi lokasi tersebut berada di luar Bandung, makanya kena tambahan biaya untuk BBM.
Ini adalah biaya yang kami keluarkan saat di Tangkuban Perahu:
Sedikit gambaran tentang Tangkuban Perahu yang kami saksikan saat itu bisa dilihat dalam video berikut ini:
ORCHID FOREST
Destinasi terakhir liburan 3 hari 2 malam kami adalah Orchid Forest. Sengaja ditempatkan di tempat terakhir dengan tujuan cooling down. Di lokasi wisata ini lumayan rame pengunjung. Protokol kesehatan memang tetap dijalankan dan bahkan mereka menyediakan masker kain, akan tetapi tetap agak ngeri kalau terlalu banyak orang. Jadinya disana aku malah fokus main golf, tepatnya miniatur permainan golf gitu. Seru sih menurut aku, selain menikmati suasana juga sekaligus olahraga dan belajar.
Sehubungan dengan peringatan HUT RI, maka yang berpakaian merah dan putih mendapatkan diskon 50%. Baik biaya masuk maupun wahana permainannya. Contohnya waktu kami main golf ber-2 hanya dikenakan biaya Rp. 20.000. Sebenarnya aturan awal maksimal permainan adalah 30 menit, tetapi saat itu tidak ramai jadi kami bisa main sepuasnya.
Ini sedikit foto yang bisa aku lampirkan:
Ini adalah biaya yang kami keluarkan di Orchid Forest:
Suasana Orchid Forest saat kami kesana bisa dilihat pada video berikut ini:
PULANG
Akhirnya sampai juga ke penghujung liburan. Kami pulang ke Jakarta naik Daytrans (bus) juga. Pukul 15.30 kami berangkat dari Daytrans Dipatiukur menuju Atrium (Senen). Tiketnya sebenarnya dari Pasteur pukul 15.45, tetapi kami sengaja berangkat dari Dipatiukur lagi agar sama dengan kedatangan.
Disini aku sedikit terkejut karena perjalanannya lebih cepat dari jadwal. Sebelum pukul 19.00 WIB sudah keluar tol Cempaka Putih. Akan tetapi sedikit kritik mungkin, busnya dikendarai lumayan kencang dan mengendarainya kurang nyaman, sehingga bisa bikin kepala pusing.
Sampai disini dulu ya tulisan aku tentang pengalaman jalan-jalan ke Bandung pada masa transisi new normal pada masa pandemi covid 19. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya. Terima kasih sudah mengunjungi website ini.